POTRETRIAU.com - Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto bertemu dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong di Singapura, Senin (26/11/2018). Pertemuan dengan PM Lee ini bagian dari kegiatan Prabowo Subianto selama dua hari di Singapura.
Dalam pertemuan tersebut, Prabowo menjelaskan bahwa banyak pembahasan yang dibahas dengan sahabatnya itu salah satunya adalah mengenai kebijakan ekonomi yang akan ia sampaikan pada acara the Economist World in 2019 Gala Dinner yang akan digelar besok di Singapura.
"Tadi siang saya diskusi dengan PM Lee tentang apa yang akan dibicarakan besok di acara the Economist World in 2019 Gala Dinner," kata Prabowo di Singapura, Senin (26/11/2018).
Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu menuturkan, The Economist adalah majalah ekonomi paling ternama di dunia. Majalah yang jadi bacaan semua pemimpin dunia, yang mengulas tentang tantangan-tantangan penting bukan hanya di tingkat negara tapi juga tingkat dunia.
Apalagi menurutnya, The Economist juga kerap membahas tantangan-tantangan besar para pemimpin negara dan dunia seperti ketersediaan pangan, air dan energi.
"Saya sampaikan ke PM Lee, saya maju di pemilihan presiden ini karena saya yakin, dengan strategi dorongan besar saya dan Sandiaga Salahuddin Uno, Indonesia dapat jadi negara yang ekspor energi, pangan, air, bukan importir," papar Prabowo.
Anak begawan ekonomi Indonesia Soemitro Djojohadikusumo itu menjelaskan, banyak cara yang bisa dilakukan Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negaranya, salah satunya adalah dengan menerapkan ilmu ilmu baru yang fokus pada keunggulan strategis bangsa Indonesia.
"Caranya? Dengan industrialisasi, dengan digitalisasi, dengan menerapkan ilmu-ilmu baru, dengan fokus di apa yang jadi keunggulan strategis kita. Dengan begitu bisa kontribusi untuk atasi masalah dunia," ungkapnya.
Karena itu, Prabowo menjelaskan bahwa jika dirinya dipercaya untuk menjadi Presiden Indonesia pada Pemilu 2019 mendatang, maka dirinya akan melakukan kerjasama teknologi dan ilmu pengetahuan baik dengan Singapura maupun negara-negara lainnya.
Sehingga, Indonesia bisa menjadi negara sahabat yang strategis bagi negara-negara lain dan bukan hanya sebagai negara importir saja melainkan eksportir produk produk unggulan dan strategis lainnya.
"Untuk itu Indonesia perlu jalin kerjasama teknologi, kerjasama ilmu pengetahuan dengan Singapura dan negara-negara lain yang sudah maju industrinya, sudah lebih unggul litbangnya," tutupnya.