INHIL, POTRETRIAU.com - Bukan hanya desa Kuala Sebatu, Desa Pasir Emas, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir, yang merupakan dari desa Kuala Sebatu juga terancam pertaniannya mati.
Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Desa Pasir Emas, Abdulrahman saat diwawancarai wartawan, Ahad (2/10/22). Ia menyebut bahwa di wilayahnya dalam beberapa tahun terakhir sering merasakan gagal panen yang disebabkan oleh limpahan udara yang terlupakan dari PT. Setia Agrindo Mandiri (SAGM), sehingga menggenangi lahan pertanian mereka.
Dalam beberapa tahun ini setelah pembuangan limpahan udara dari perusahaan, pertanian kami pernah stabil betul, karena pertanian kami tidak pernah tepat lagi, kadang-kadang musim panen mereka musim kering tapi kadang musim kering, karena penyakitnya begini, kalau musim kering ditutup karena sawit tetap butuh udara, tapi begitu dia kelebihan air mereka membuka sehingga melimpah ke tempat-tempat masyarakat. Kalau kita punya kelebihan air macam mana kita bisa membuangnya," tukasnya.
Selain itu, Rahman juga menjelaskan jika masyarakatnya sering mengalami gagal panen akibat limpahan air tersebut. "Gagal panen? Sudah sering sekali dan itulah yang terjadi saat ini," tukasnya.
Harapannya, kata Abdulrahman, jika misalnya perusahaan mengalirkan air ke mereka, maka pihak perusahaan harus melakukan perawatan setiap tahun.
"Perawatannya harus sampai tuntas harus sampai ke muara, muaranya kan ke pekan Kamis dan pintasan ke Pulau Palas, dan sungai itu panjang, kalau mau dekat saja membuang di Tempuling yang lebih alternatif," tukasnya.
Sementara itu Ketua Pemuda Desa Kuala Sebatu, Hasanuddin yang sudah terlebih dahulu bersuara tentang ancaman lahan pertanian akan mati di desa Kuala Sebatu karena faktor banjir limpahan air yang diduga dari perusahaan ini menyebutkan permasalahan banjir memang menjadi keluhan utama bagi masyarakat karena sudah berkaitan dengan masalah penghasilan dan perekonomian masyarakat.
Dengan bertambahnya kekuatan baru dari Desa Pasir Emas itu membuktikan bahwa suara dari betul-betul murni dari jeritan hati petani yang ingin makmur bercocok tanam seperti tahun 1990an.
"Dahulu Kuala Sebatu dan Pasir Emas adalah padi terbesar di Inhil, sekarang jauh menurun dan bahkan bisa terancam menjadi lahan mati. Pastinya kami sebagai masyarakat tempat tidak mau itu, dan saya yakin pemerintah tidak akan mau jika tidak ada petani bercocok tanam, jadi mohon mohon stabilkan kembali keadaan kami seperti tahun 1990an banjir yang ada hanya musiman, bukan dadakan dan mengendap seperti sekarang," tukasnya.
"Pasir Emas bergabung menyuarakan permasalahan ini dengan kami karena posisi yang sama. Jadi ini betul-betul suara hati masyarakat yang terdzolimi," tulisnya.
Hasanuddin mengingatkan perusahaan dan pemerintah daerah untuk menangani permasalahan terakhir ini jika tidak ada respon sama sekali ia tidak bisa lagi membendung animo masyarakat.
"Rencananya mau meminta fasilitasi sidang dulu ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), jika tidak ada hasil maka saya tidak bisa lagi membendung keinginan massa yang ingin berunjuk rasa. Kalau mau dikisarkan jumlah massa yang bergabung dalam aliansi ini sekitar 500 Massa dari desa Kuala Sebatu dan Pasir Emas. Mereka sudah siap turun untuk kepung kantor Bupati. Dan rata-rata yang turun ini adalah masyarakat yang ciptakan. Jadi kami minta tolong buat Pemerintah dan Perusahaan untuk menghadirkan orang-orang yang memiliki kapasitas dalam mengambil keputusan saat sidang nanti," menambahkan .