lack Of Effectiveness Across All Regions

INHIL, POTRETRIAU.COM

1 Latar Belakang

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat, terutama bagi anak-anak usia sekolah, balita, dan kelompok rentan lainnya. Program ini bertujuan untuk mengurangi angka stunting, meningkatkan kesehatan, serta mendukung daya konsentrasi dan prestasi belajar peserta didik. Pemerataan pelaksanaan program menjadi hal penting agar manfaat MBG dapat dirasakan secara adil di seluruh wilayah Indonesia, tanpa terkonsentrasi pada daerah tertentu saja. Hal ini juga jika memperhatikan dari nama makanan bergizi gratis, seharunya ketika kita mengatakan gratis artinya hal ini bener- benar tidak memungut biaya spersen pun dari lini mana pun, namun hal ini tidak terjadi seblm program ini berjalan sudah di gucurkan anggaran dengan nilai yang besar, lalu dimana lettak gratis nya. Ingin mengatakan bahwa tidak membayar di saat makan, namun mereka belajar di sekolah mereka juga membayar biayaya pendidikan, jadi kata-kata gratis itu bisa saja pemicu penarik agar orang tua murid senang tapi perlu sama-sama kita ketahui bahwa dari mana uang anggaran mbg ini di gucurkan. Yang kedua kata-kata gratis dimana mana jika kita mendengar kan kata gratis biasanya secara kualitas juga tidak begitu baik. 

2. Analisis Ketepatan Sasaran

- Kesesuaian dengan Kriteria Penerima

Sasaran utama program MBG adalah anak sekolah, balita, serta masyarakat kurang mampu. Di beberapa daerah, pelaksanaan sudah tepat karena penerima berasal dari keluarga berpenghasilan rendah dan anak sekolah dasar di wilayah prioritas stunting. Ini adalah menjadi langkah awal untuk bagai mana memberikan suatu keistimewaan bagi yang membutuhkan nya namun apakah Makan bergizi gratis ini sudah di berikan kepada keluarga yang tidak mampu.? Jawaban nya sudah namun tidak terkhusus bagi orang tidak mampu, akan tetapi pemerataan. Namun jika program ini pemerataan bagi seluruh siswa/i bagai mana dengan keluarga yang latar belakang nya orang mampu, apakah menganggap bahwa makanan itu bergizi bagi mereka bisa saja mereka menggap bahwa itu tidak bergizi bagi mereka. 

Dalam menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki gizi yang baik dalam kesehatan berikut ini pemenuhanya, Makan 3 kali sehari dengan 2 kali selingan sehat (buah/susu), Hindari makanan cepat saji, tinggi gula, dan minuman bersoda, Perbanyak sayur dan buah minimal 5 porsi per hari, Penuhi air putih 8 gelas per hari, Perhatikan porsi, bukan hanya jenis makanan, apakah program makan bergizi gratis ini telah memenuhi beberapa poin tersebut jika hanya makan nya sekali saja dalam satu hari.

Saran - alangkah baiknya program ini di lakukan suatu penelitian di setiap sekolah lalu melakukan ketetapan beberapa indikator yang berhak menerima makan gizi lalu orang yang berhak mendapatkan nya di serahkan kepada keluarga bersangkutan untuk bagai mana di berikan kepada keluarga nya. Agar mereka merasakan juga untuk bagai mana tercapai nya peningkatan gizi. 

- Sebaran dan Pemerataan Wilayah

Pemerataan belum sepenuhnya merata karena distribusi anggaran dan logistik lebih mudah dilakukan di daerah perkotaan dibandingkan wilayah pedesaan dan 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), namun se olah-olah program ini hanya bagai mana terlihat berjalan saja tapi tidak begitu baik dalam konsepnya dengan tujuan yang sangat baik, jika hal ini menjadi tujuan dan langkah awal untuk memberikan kepada pelajar, maka program ini tidak begitu fulgar dalam hal pelaksanaan sehingga tidak mengetahui apakah mereka butuh atau tidak, siapa yang mampu memastikan bahwa seluruh pelajar yang ada di sekolah bener- benar butuh hal demikian. 

Saran - agar dapat sekolah yang tidak masuk dalam jangkauan seharusnya itu yang di jadikan prioritas utama bukan hanya sekedar program ini telah berjalan, agar tujuan untuk bagai mana memiliki generasi yang baik secara fisik dan pemikiran. 

3. Efektivitas Pelaksanaan Program

Untuk secara teknis proses pelaksanaannya di setiap sekolah yang ada itu masi kurang relevan, masi terdengar banyak di sekolah tertuju ini hanya bagian tempat sekolah sekolah yang mampu di capai transportasi yang baik saja yang di utamakan, dan juga hampir setiap sekolah yang di tuju iyalah sekolah-sekolah yang mewah, bagai mana kabar sekolah yang memang membutuhkan hal ini namun tidak mendapatkan, seharusnya alokasi yang paling di utamakan itu iyalah yang memang layak mendapatkan bantuan, dan banyak kabar bahwa makanan gizi ini banyak makanan yang mubazir karna tidak habis dan ada juga yang tidak biasa memakan standar makan gizi gratis tersebut, dan juga barang kali masi ada tempat suatu daerah yang makanan nya tidak memenuhi standar gizi yang baik dan menjaga kesehatan, sudah kerap terjadi keracunan makanan akibat makan gizi ini, antisipasi nya jangan sampai kontrol terhadap kinerja MBG ini tidak baik maka akan menimbulkan suatu fenomena besar, bukan hanya menghancurkan dari segi pertumbuhan ekonomi namun juga menghancurkan pertumbuhan generasi penerus.

Saran - harus melakukan observasi terhadap siswa atau pelajar yang memang membutuhkan hal tersebut, program nya bukan lagi di adakan di sekolah-sekolah namun di berikan kepada orang tua, karna pemenuhan gizi itu bukan hanya sekali dalam satu hari untuk mendapatkan gizi yang baik. 

4. Kendala dan Tantangan

Pendataan penerima belum terintegrasi dengan data kemiskinan nasional (DTKS). Seharusnya ini menjadi langkah awal untuk bagai mana mengimplementasikan program ini untuk tetap relevan dan terus berjalan dengan baik agar tidak terjadinya suatu keindahan lalu menjadi kehancuran bagi generasi, 

Keterbatasan fasilitas dapur umum dan tenaga pelaksana, hal ini dibentuk seharusnya membuka peluang kinerja bagi setiap kalangan masyarakat yang membutuhkan suatu pekerjaan bagi dirinya. 

Pengawasan kualitas dan kebersihan makanan yang belum konsisten, jika hal ini terus berlarut dan berjalan makan 5 tahun ke depan yang orientasi nya menginginkan menjaga dan menciptakan generasi yang baik bisa saja menjadi momotan bagi masyarakat, dan bahkan  bisa saja sebaliknya.


Baca Juga