PSI Kritik Keras Partai Nasionalis, Golkar : Lagi Coba Curi Perhatian

Selasa, 12 Maret 2019

POTRETRIAU.com - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyerang sejumlah parpol nasionalis termasuk parpol pro-Jokowi. Partai Golkar menganggap serangan tersebut sebagai upaya PSI untuk menaikkan elektabilitas agar lolos ke parlemen.

"PSI sedang mencoba mencuri perhatian dengan mengkampanyekan isu-isu perda syariah dan intoleransi. Ini bagian dari upaya elektoral PSI agar mendapatkan dukungan publik dalam Pilpres 2019 untuk meraih Parlementary Treshold sebesar 4%," kata Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily, kepada wartawan, Selasa (12/3/2019).

Sebelumnya, Ketum PSI Grace Natalie menyampaikan kritik tajam ke sesama parpol nasionalis saat pidato politik di Medan International Convention Center, Senin, (11/3/2019). Kritikan itu juga ditujukan kepada parpol pro-Jokowi.

Ace berpendapat isu terkait intoleransi memang penting untuk disuarakan tetapi usaha itu tak sebatas di media sosial. Ace menegaskan Golkar sudah memberikan bukti nyata terkait pemenuhan kebutuhan dasar terhadap masyarakat.

"Isu-isu itu penting. Tapi tak cukup hanya mengecam melalui sosial media. Yang dibutuhkan adalah langkah-langkah konkret untuk memecahkan persoalan yang dihadapi rakyat pada umumnya," papar dia.

"Kami Partai Golkar, bukan hanya bicara, tapi sudah berbuat untuk rakyat dengan program-program yang lebih konkret untuk memenuhi kebutuhan mendasar masyarakat seperti keterjangkauan kebutuhan dasar, mengatasi pengangguran, pengembangan sumber daya manusia dan lain-lain, sambung Ace.

Menurut Ace, PSI sebaiknya meneladani sikap Jokowi dalam menyerap aspirasi masyarakat. Jokowi, menurut Ace, kerap menyuarakan isu-isu yang langsung dirasakan oleh masyarakat.

"Seharusnya PSI mencontoh Pak Jokowi. Ambil isu-isu yang lebih membumi dan dirasakan oleh pada umumnya rakyat Indonesia. Soal pluralisme, Partai Golkar telah mencontohkan tentang partai yang majemuk," imbuhnya.


Ia kemudian mengungkap satu demi satu 'dosa' partai nasionalis. Pertama, ia mempertanyakan ada partai nasionalis yang diam-diam mendukung Perda Syariah. Ia mempertanyakan sikap partai politik terhadap kasus Meliana di Tanjung Balai. 

"Ke mana kalian -- Partai Nasionalis -- pada September 2018 ketika Ibu Meliana, korban persekusi yang rumahnya dibakar pada saat dia dan anak-anaknya ada di dalamnya, justru divonis bersalah penjara dua tahun oleh pengadilan," ujar Grace seraya mengungkap upaya PSI melindungi Meliana.

"Kenapa kalian bungkam, ketika pada 27 September lalu, tiga gereja disegel Pemerintah Kota di Jambi karena adanya ancaman dan desakan sekelompok orang. Hanya PSI yang mengecam. Sedang apa kalian ketika 13 Januari lalu terjadi persekusi atas jemaat GBI Philadelpia yang sedang beribadah di Labuhan Medan? Kenapa hanya PSI yang memprotes itu?" ujarnya terus mencecar partai nasionalis.

Ia lantas mempertanyakan di mana partai nasionalis ketika pada 17 Desember nisan kayu salib dipotong dan prosesi doa kematian seorang warga Kristen ditolak massa. "Cuma PSI yang menyampaikan kecaman atas peristiwa sedih itu. Lagi-lagi, hanya PSI yang pada 12 Oktober lalu mendesak polisi mengusut peristiwa teror atas upacara sedekah laut di Bantul, Yogjakarta," sambungnya. 

Serangan Grace tak hanya berhenti di situ. Ia mempertanyakan kenapa partai nasionalis di Senayan turut membahas RUU Pesantren dan Pendidikan Agama. PSI mempersoalkan rancangan ini karena berpotensi membatasi praktik sekolah minggu, yang selama ini diatur secara otonom oleh gereja.