Sebelum Penusukan di Pandeglang, 5 Pernyataan Kontroversial Yang Pernah Dikeluarkan Wiranto

Sabtu, 12 Oktober 2019

wiranto

POTRETRIAU.com - Menkopolhukam Wiranto diserang dua orang yang diduga teroris di Pandeglang, Banten, Jawa Barat, Kamis (10/10). Wiranto kini tengah mendapatkan perawatan intensif di RSPAD Gatot Soebroto. 

Sebagai Menkopolhukam, dalam beberapa bulan terakhir, Wiranto memang dihadapkan beberapa situasi sulit. 

Kerusuhan terjadi di beberapa titik di Papua, kericuhan akibat demo mahasiswa dan pelajar, hingga kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan. 

Wiranto menjadi sosok yang dinilai punya kapasitas dan bertanggung jawab berbicara di hadapan publik terkait hal-hal di atas. Apa pun yang diucapkannya menjadi sorotan publik. 

Berikut beberapa rangkuman yang kami lansir dari kumparan.com  tentar pernyataan Wiranto yang menyita banyak perhatian publik:


1. Karhutla Tak Separah yang Diberitakan

Pernyataan ini disampaikan Wiranto pada 16 September 2019.

 Ia mengatakan hal ini usai meninjau beberapa wilayah terdampak karhutla di Sumatera dan Kalimantan. 

“Kemarin ketika saya mengunjungi bersama Presiden, antara realitas yang dikabarkan dengan realitas yang ada itu, sangat berbeda. Dan ternyata kemarin waktu kita di Riau, itu tidak separah yang diberitakan,” ungkap Wiranto di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (18/9).

2. Anggap Pengungsi Gempa Ambon Beban Pemerintah

Wiranto sempat mengimbau warga Ambon kembali ke rumah masing-masing usai gempa yang terjadi pada Kamis pagi (26/9). Sebab, situasi sudah aman dan pemerintah harus menanggung kehidupan mereka di pengungsian. 

Pernyataan ini disampaikan Wiranto saat konferensi pers di Kemenkopolhukam pada Senin (30/9).

"Diharapkan masyarakat bisa kembali ke tempat tinggal masing-masing untuk mengurangi besaran pengungsi, pengungsi terlalu besar ini sudah menjadi beban pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah," kata Wiranto.

Terkait hal ini, Wiranto sudah meminta maaf kepada warga Ambon. Ia menyebut tak bermaksud menyakiti hati para korban gempa 6,8 magnitudo itu.

“Saya sampaikan bahwa kalau ada ucapan dan kalimat yang saya sampaikan apabila dirasa mengganggu perasaan masyarakat Maluku dan menyakiti hati, dan sebagainya itu pasti bukan karena saya sengaja untuk menyakiti hati dan menyinggung perasaan masyarakat Maluku. Tapi apabila kalau ada yang tersinggung dan sakit hati secara tulus saya minta dimaafkan,” ujar Wiranto di Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (4/10). 

3. Sebut Demo Penolakan Revisi UU KPK dan RKUHP Aneh

Wiranto mengaku heran masih ada rencana demo menolak regulasi itu. Padahal menurutnya, pemerintah telah berusaha mengomunikasikan masalah ini dengan semua pihak dan mencari jalan keluar.

"Kita juga masih hadapi demonstrasi yang tolak UU KPK dan UU KUHP. Ini memang agak aneh karena sudah ada jalur komunikasi, sudah ada jalur penyelesaian," jelas Wiranto di Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (30/9).

"Tapi mengapa masih ada demo yang mengedepankan penolakan masalah itu. Tentu nanti kita bicarakan bersama," imbuhnya.

4. Ungkap Ada Kelompok Islam Radikal di Demo Revisi UU KPK

Wiranto mengungkap soal kelompok-kelompok yang turun ke jalan berunjuk rasa menentang revisi UU KPK, RKUHP, dan UU Pemasyarakatan. Mulai dari kelompok mahasiswa, pelajar, suporter sepakbola, hingga kelompok Islam radikal.

"Gelombang baru ini akan mengerahkan kelompok Islam radikal, kelompok Islam garis keraslah, istilahnya begitu," jelas Wiranto dalam jumpa pers tentang situasi terkini di kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Kamis (26/9) 

Wiranto mengungkapkan, gerakan ini bertujuan menguasai gedung DPR dan menggagalkan pelantikan Presiden Jokowi.

5. Jangan Pulangkan Eks ISIS karena Dianggap Bibit Penyakit

Pada Juli 2019 lalu, Wiranto meminta  simpatisan ISIS jangan sampai merugikan masyarakat di Indonesia. 

Ia juga menyebut eks ISIS jangan jadi bibit penyakit baru di RI dengan sikap antipancasila.

"Jangan sampai kita memulangkan bibit-bibit penyakit yang sudah di-brain wash (cuci otak) untuk anti Pancasila dan anti NKRI untuk kembali ke Republik Indonesia yang kita cintai," ujar Wiranto di kantornya, Jakarta, Jumat (19/7).