Pelajar korban gempa Palu di Makassar mulai bersekolah

Selasa, 09 Oktober 2018

POTRETRIAU.com - Ada sekitar 300 siswa korban bencana gempa Palu, Sulawesi Tengah yang mengungsi di Makassar. Kini mereka memasuki proses belajar mengajar. Tidak ada ketentuan harus di sekolah mana mereka belajar, yang penting adalah di sekolah yang dekat dengan lokasi penampungan mereka.

"Tidak ada sekolah yang ditunjuk khusus buat menerima para siswa dari Palu ini untuk dititip belajar, karena perintahnya adalah bagi semua sekolah yang berdekatan dengan lokasi penampungan pengungsi baik sekolah swasta maupun negeri. Sudah ada sekitar 300-an siswa dari jenjang SD dan SMP yang menjadi wewenang Pemkot Makassar sudah mulai belajar," kata Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal di Makassar, Selasa (9/10).

Untuk urusan administrasi kependudukan, Pemkot Makassar akan memberikan surat keterangan sehingga bisa digunakan sebagai pengganti KTP, Kartu Keluarga dengan masa pemakaian selama tiga bulan. Surat keterangan ini boleh digunakan untuk apa saja termasuk untuk urusan perbankan.

Selain itu, para anak-anak korban gempa juga dibantu untuk memulihkan trauma usai bencana. Minggu ini mereka mulai masuk ke sekolah-sekolah.

"Setelah tiga bulan ke depan, akan dihitung lagi, dipelajari lagi apakah siswa bersangkutan mau lanjut sekolah dan menjadi penduduk Makassar atau tidak. Supaya jika bermaksud menjadi penduduk Makassar akan diganti atau dilakukan mutasi kependudukannya. Lalu jika masa rehabilitas rekonstruksi di Palu selesai, orang tua atau wali siswa itu harus memutuskan lagi apakah mereka akan kembali ke Palu atau tidak. Status mereka ini masih peserta didik belum status siswa sekolah bersangkutan," ujar Syamsu Rizal.

Salah satu sekolah yang menampung siswa pengungsi asal Palu ini adalah SMPN 8 di Jalan Batua Raya, Makassar. Ada delapan siswa yang terdata di sini.

Kepala sekolah SMPN 8, Ruslan mengatakan, Pemkot Makassar telah mengingatkan untuk mengantisipasi jangan sampai ada penyusup. "Penyusup maksudnya anak dari Palu yang sebenarnya tidak sekolah lalu dibawa ke sini untuk sekolah. Tapi itu gampang dilacak karena data siswa ter-input dengan baik, jadi kalau ada yang mengaku sebelumnya sekolah di mana, itu bisa terdeteksi, apakah benar ada di data atau tidak," terangnya.