Lebih dari 2 persen Pengeluaran Masyarakat Indonesia Untuk Sembako Berkurang, Pertanda apa?

POTRETRIAU.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, porsi pengeluaaran orang Indonesia untuk membeli makanan berkurang 2,29% menjadi 48,99% dibandingkan Maret 2022 yang tercatat sebesar 50,14%.

Disebutkan, Papua menjadi provinsi dengan porsi pengeluaran pangan tertinggi, mencapai 57,36%. Namun angka itu turun dibandingkan Susenas Maret 2022 yang tercatat mencapai 59%.

Sementara wilayah dengan porsi pengeluaran untuk pangan terendah dilaporkan terjadi di DKI Jakarta, sebesar 37,82%. Turun dibandingkan Susenas Maret 2022 yang tercatat sebesar 37,75%.

Demikian hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2023 yang dipublikasikan dalam 'Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi, Maret 2023'.

"Berdasarkan Susenas Maret 2023 pada level nasional, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk konsumsi makanan dan bukan makanan sebesar 1.451.870 rupiah atau naik 9,35% dibandingkan Maret tahun 2022," tulis BPS, dikutip Jumat (27/10/2023).

Diduga, kenaikan dipicu oleh sejumlah faktor. Seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi yang meningkat, penurunan tingkat pengangguran terbuka, serta efek program perlindungan sosial pemerintah.

Berdasarkan Susenas Maret 2023, pengeluaran per kapita orang Indonesia sebulan tercatat sebanyak Rp711.282 untuk makanan, dan bukan makanan Rp740.588.

Meski porsi pengeluaran untuk makanan lebih rendah dibandingkan bukan makanan, terjadi kenaikan dibandingkan hasil Susenas Maret 2022. Di mana, konsumsi makanan naik 6,84% dan bukan makanan naik 11,87% yang tercatat masing-masing Rp665.757 dan Rp662.025.

"Peningkatan nilai pengeluaran pada komoditas bukan makanan yang relatif cukup banyak dibandingkan komoditas makanan menyebabkan angka pangsa pengeluaran pangan turun dibandingkan kondisi Maret 2022," jelas BPS.

Disebutkan, dari total belanja makanan, semua komoditas kecuali minyak dan kelapa mengalami kenaikan. Hal ini diduga efek momen Ramadan yang bertepatan di bulan Maret 2023. Yang tak hanya memacu kenaikan konsumsi, tapi juga turut mendongkrak harga.

"Komoditas dengan kenaikan tertinggi dibandingkan Maret 2022 adalah kelompok padi-padian serta rokok dan tembakau, naik 10,73%. Dan, kelompok padi-padian naik 12,18%."

"Rata-rata pengeluaran padi-padian naik dari Rp71.442 menjadi Rp80.146. Efek kenaikan harga beras yang tercatat naik 12,71% dari Rp11.800 per kg pada bulan Maret 2022 menjadi Rp13.300 per kg di bulan Maret 2023."

Sinyal Positif

Seperti diketahui, pengeluaran untuk konsumsi terbagi dua, yaitu untuk makanan dan bukan makanan. Baik untuk periode bulanan maupun tahunan. Pengeluaran untuk bukan makanan pada Susenas Maret 2023 adalah sebesar 51,01%.

BPS menyebut, membeli makanan akan lebih diutamakan oleh masyarakat berpendapatan rendah. Yang akan berubah seiring dengan peningkatan pendapatan. Di mana, belanja untuk makanan akan menurun porsinya.

Ditambahkan, fenomena porsi belanja untuk makanan yang kini kurang dari 50% merupakan hal positif.

"Hal tersebut menjadi salah satu cerminan adanya perbaikan berkelanjutan dalam ketahanan pangan nasional, yang saat ini tengah diperjuangkan oleh pemerintah," tulis BPS.

Hasil Susenas Maret 2023 menunjukkan, ada 15 provinsi di Indonesia yang porsi belanja untuk pangan di bawah 50%, dan 19 provinsi lainnya di atas 50%. (Catatan redaksi, meski jumlah provinsi di sini hanya 34, namun survei ini telah memperhitungkan 4 provinsi baru Indonesia).

15 provinsi tersebut adalah:

- Papua Barat

- Maluku

- Sulawesi Selatan

- Sulawesi Tenggara

- Gorontalo

- Bali

- Jawa Timur

- Jawa Tengah

- Yogyakarta

- Jawa Barat

- DKI Jakarta

- Banten

- Kepulauan Riau

- Kalimantan Timur

- Kalimantan Utara.

"Semakin kecil pangsa pengeluaran pangan menjadi salah satu indikasi ketahanan pangan yang semakin baik," sebut BPS. ***


[Ikuti PotretRiau.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar