Takut Laknat Allah, Pria Gay di Pekanbaru Ini Nyatakan Ingin Tobat

ilustrasi

POTRETRIAU.com - Anggota Organisasi Perubahan Sosial Indonesia Riau yang merupakan seoarang gay inisial AD mengaku ingin insyaf dan hidup normal.

Pernyataan ini disampaikan AD saat dikunjungi Anggota DPRD Kota Pekanbaru Mulyadi Anwar, Selasa pagi kemarin (15/1/2019) di kantor OPSI di Jalan Uka Pekanbaru.

Pagi itu, Mulyadi dengan seorang warga setempat bernama Haidi, ingin bersilaturrahmi ke kantor yang meresahkan masyarakat ini. Mulyadi awalnya mendapat keluhan beberapa masyarakat setempat, bahwa di lokasi itu ada kantor organisasi yang di dalamnya dari kaum Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT).

Untuk memastikan informasi itu, Anggota DPRD Kota Pekanbaru dari Fraksi PKS Mulyadi kemudian mengajak seorang perwakilan warga untuk berkunjung dan mengkonfirmasi pengaduan warga tersebut secara langsung kepada yang bersangkutan yakni orang di Kantor OPSI tersebut.

Sesampainya di rumah yang dimaksud, Mulyadi bersama seorang masyarakat kemudian disambut oleh seorang pria inisial AD. Pria ini tampak gemulai menandakan bahwa dia bukan pria sejati sebagaimana normalnya. Setelah minta izin dan melakukan cek di dalam rumah, Mulyadi dan warga ini menemukan hal-hal mencurigakan.

Dimana, dalam rumah ditemukan foto lelaki berpakaian perempuan, alat kontrasepsi, dan lainnya. Kepada Mulyadi, pria inisial AD ini mengakui bahwa dirinya adalah seorang gay, melayani seks untuk pria maupun wanita. Mendengar pengakuan ini, Mulyadi merasa terenyuh, karena selain perbuatan ini dosa besar dan mengundang laknat dari Allah, juga melihat kondisi pria remaja tersebut.

"Saya tanyakan ke dia, apa orangtua kamu tahu keadaanmu sekarang ini, dia bilang orangtuanya tidak tahu, maka di sana saya sampaikan agar segera berubah," kata Mulyadi seperti dikutip dari datariau.com, Rabu (16/1/2019).

Mulyadi juga sampai menanyakan apakah AD ini mau bertobat dan kembali ke fitrahnya sebagai seorang laki-laki, maka kepada Anggota DPRD Kota Pekanbaru tersebut, AD mengaku mau insaf. Karena dia juga baru 2 bulan bergabung dalam organisasi OPSI yang memang di dalamnya semua dari kalangan LGBT.

Maka apa yang ditemukan Mulyadi di lokasi ini, bisa jadi segelintir bahkan salah satu dari ribuan korban virus LGBT di Indonesia. Sebenarnya pelaku LGBT ingin bertobat dan kembali ke fitrohnya untuk hidup normal, namun tidak ada yang membimbing dan lingkungan sosial juga tidak menerima keadaan mereka.

"Maka saya meminta agar ini menjadi perhatian pemerintah, perhatian serius. Dibuatkan semacam tempat pembinaan khusus untuk orang-orang seperti AD ini, mereka yang ingin insaf dari ketergelincirannya dari pergaulan yang salah, agar kembali lagi menjadi laki-laki sejati," pinta Mulyadi.

Mulyadi juga telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memperjuangkan agar masyarakat yang telah terjerumus dalam kelainan seks ini, dibimbing oleh pemerintah. 

"Bagaimanapun mereka adalah manusia, dan kita wajib untuk membantu mereka kembali menjadi manusia normal," harap Mulyadi.

Kepada AD, Mulyadi juga mengingatkan agar keluar dari organisasi menyimpang sejenis LGBT, terlebih organisasi yang di dalamnya semua dari kalangan lesbian, gay, biseksual, dan transgender, tentu akan memperburuk keadaan AD.

"Maka saya mau lokasi ini tidak ada lagi kegiatan mengumpulkan pekerja seks menyimpang seperti ini. Karena apapun alasannya, mau pakai pengaman ataupun tidak, tetap saja kegiatan mereka ini haram dan berbahaya bagi daerah kita. Jika murka Allah tiba, yang terkena dampak bukan mereka saja, melainkan kita semua," tegas Mulyadi.

Alangkah baiknya, tambah Mulyadi, organisasi ini menjadi wadah bagi para LGBT untuk hijrah, mengembalikan jati diri ke semula, bukan untuk menyokong dan mendukung kelainan seks para LGBT tersebut dengan alasan untuk penyuluhan HIV AIDS agar pada LGBT lebih sehat menggunakan pengamanan saat melakukan seks menyimpang.

"Mereka ini banyak di Pekanbaru dan Riau secara umum, makanya kita minta perhatian serius dari pemerintah, terus terang saya kasihan melihat mereka, apalagi kalau orangtua mereka tahu kondisi anaknya yang ternyata sudah terjebak ke pergaulan salah begini," pungkas Mulyadi.

Seperti diketahui, kantor OPSI di Jalan Uka Pekanbaru telah ditutup paksa oleh sejumlah warga, kemudian dua orang pengurus yang ada di kantor itu diamankan ke Kantor Polsek Tampan Pekanbaru, kemarin pagi, Selasa (15/1/2018). Plang kantor OPSI sebelumnya juga sudah diturunkan oleh pengurus. 

Koordinator OPSI Riau, Ruli, sebelumnya saat dikonfirmasi mengakui bahwa anggota organisasi OPSI ini merupakan dari kalangan LGBT.

"Kalau dibilang fokus ke LGBT waria dan sebagainya, wajar kita fokus ke mereka karena kita tahu mereka yang betul-betul berisiko tinggi di situ, merangkul mereka agar bisa menjaga kesehatan mereka dari hidup mereka yang tidak pakai pengaman, semenjak kita sosialisasikan menjadi pakai pengaman. Rata-rata anggota LGBT iya," kata Ruli. (RSY)


[Ikuti PotretRiau.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar