Beda Dari Era Soeharto, Era Jokowi Dolar Naik Harga Karet dan Sawit Tetap Turun
BANGKINANG - Bagi warga Kampar yang pernah jadi petani era Presiden Soeharto, kenaikan harga dolar merupakan sesuatu yang berkesan. Pasalnya, begitu dolar naik, harga-harga komoditi baik karet dan sawit bahkan pinang, langsung melonjak.
Petani pun sumringah karena harga hasil panennya sangat tinggi, dan bisa digunakan untuk menutupi kebutuhan keluarga. Bahkan kenaikan harga dolar itu juga membuat banyak petani jadi orang kaya baru.
- IPW sebut penunjukan Badrodin bisa redakan konflik di tubuh Polri
- Rizal Ramli: Saya Sudah Ingatkan, Pemerintah Sibuk Membantah
- Penentuan Nasib merpati Yang Pernah Jaya Di tahun 90-an di Perpanjang Hingga 17 Oktober 2018
- 5 Trik Licik Penjual Tak Disadari Pembeli
- Harga Kelapa Anjlok Pedagang juga kena imbasnya
Namun kini, warga Kampar yang berprofesi sebagai petani justru heran. Meski dolar naik, tapi harga karet dan sawit tetap turun.
''Setiap hari saya berpikir, kenapa harga karet dan harga sawit tak kunjung naik. Dulu zaman pak Harto, dan juga pernah terjadi 5 tahun yang lalu, seingat saya saat menaiknya dolar terhadap rupiah, harga karet dan sawit juga naik," ungkap warga Kampar Hulu, Guli, Senin (3/11/2018).
Guli menambahkan harga karet di Kecamatan Koto Kampar Hulu 4 hari yang lalu ia menjual dengan harga Rp800 perkilo gram. Sementara harga sawit dengan harga R.600 perkilogram.
Sementara itu petani karet lainnya di Desa Salo, Kecamatan Salo Zulkarnain menyebutkan harga karet di Desa Salo seharga Rp600 perkilogram.
Untuk diketahui, perbedaan harga karet di Kecamatan Salo dan Kecamatan Koto Kampar Hulu ini disebabkan oleh getah latex, dimana kadar air di Koto Kampar Hulu lebih rendah dibandingkan getah latex Bangkinang, Salo dan sekitarnya. ***
Tulis Komentar