Keretakan Beton Rigid, Ini Penjelasan Dinas PUPR Inhil

INHIL, POTRETRIAU.com - Kepala Dinas PUPR Inhil, Ir H Illyanto, MT, melalui PPTK kegiatan, Ali Martono menjelaskan, hasil pantauan lapangan, keretakan pengerjaan beton rigid di jalan batang tuaka didapati ada yang memang berada pada batas segmen tetapi juga ada yang tidak pada batas segmen.

Untuk keretakan yang terjadi pada batas segmen, hal tersebut dinilainya merupakan hal yang wajar karena retak pada batas sambungan segmen yang dipasang dowel tersebut sebagai bentuk crack control pada jenis struktur rigid pavement. Namun untuk kertekan yang terjadi diluar batas segmen harus dilakukan perbaikan.

Untuk penyebab terjadinya keretakan ini meneurut Ali bisa didasari dari beberapa asumsi.

Asumsi pertama, keretakan terjadi akibat headway yang tinggi pada proses mobilisasi beton ready mix dan melewati batas waktu setting beton (4 jam), namun saat melanjutkan pekerjaan yang telah melewati batas waktu setting beton, tidak diberikan zat kimia sebagai perekat antar sambungan untuk melanjutkan pekerjaan yang telah melewati batas waktu setting beton.

Asumsi kedua, keretakan terjadi pada titik pekerjaan yang nilai uji slump nya sebesar 3 cm, hal tersebut mendekati ambang batas minimum dari rentang nilai uji slump sesuai dengan Job Mix Design sebesar 3-6±2 (6,3) cm. Nilai uji slump tersebut masih memenuhi dari kriteria yang diminta, namun pekerjaan pengecoran perkerasan beton fc’ 30 MPa dengan nilai uji slump yang berada pada ambang batas tersebut dilakukan pada cuaca panas, sehingga proses reaksi kimia beton tidak terjadi secara seragam.

Akibatnya, untuk bagian permukaan, suhu proses reaksi pengerasan beton langsung dipengaruhi oleh suhu permukaan yang tinggi, namun untuk material yang berada tidak pada permukaan yang terpapar langsung dengan panas matahari mendapat suhu proses reaksi beton yang lebih rendah.

“ketidak seragaman suhu proses reaksi kimia tersebut terjadi mengingat lapisan perkerasan beton yang dikerjakan memiliki ketebalan sebesar 20 cm.” Diterangkan Ali, dikomfirmasi, selasa (29/10)

Diurainya lebih lanjut, untuk antisipasi dari suhu yang tinggi pada saat proses setting beton dapat dilakukan dengan mengatur nilai uji slump yang berkisar pada nilai rata-rata sebesar 6,3 cm, atau pengecoran dilakukan pada suhu yang rendah (malam hari).

Sementara itu menurut Ali, untuk perbaikan keretakan ringan (lebar retak < 0.3 mm ) pada lantai beton diajukan perbaikan dengan upaya yang tidak destruktif, seperti penambalan menggunakan Sikagrout 215.

“sedangkan untuk keretakan yang terjadi pada titik tidak pada batas sambungan, akan dilakukan perbaikan seperti cara pertama, dan apabila tidak berhasil akan dilakukan pembongkaran pada satu segmen penuh dan dilakukan pengecoran ulang.” Akhirinya.***


[Ikuti PotretRiau.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar