Omset Pedagang Sayur Pekanbaru Menurun Drastis, Kemarau Beberapa Bulan Bikin Petani Gagal Panen

PEKANBARU,POTRETRIAU.com - Pusat penjualan sayur dan buah yang ada di pinggir Jalan Kartama Pekanbaru, tampak tidak begitu ramai lagi pengunjung.

Hasil produksi tanaman mereka tidak begitu beruntung kali ini, disebabkan kemarau yang sudah beberapa bulan melanda Provinsi Riau.

Pendapatan para pedagang juga semakin jauh menipis, seiring turunnya daya beli masyarakat dalam beberapa pekan terakhir, menyebabkan omset mereka berkurang 50 hingga 70 persen dari hari biasanya.

Jenis buah dan sayuran yang dipajang dan dijejer di tempat para pedagang tampak jauh berkurang.

Hal ini dikarenakan para petani banyak yang gagal panen, sehingga harga jual juga semakin naik, yang juga menjadi salah satu pemicu kurangnya minat masyarakat untuk berbelanja.

Salah seorang pedagang sayur Jalan Kartama, Ibu Purba mengatakan, jika biasanya jual beli dalam satu hari bisa mencapai Rp1 juta, namun untuk saat ini rata-rata penjualan dalam satu hari hanya Rp300.000. Sementara ia juga membeli jenis sayur dengan para petani.

"Sejak kemarau ini memang cukup berdampak hasil panen petani, yang tidak lagi seperti dulu, akibatnya harga modal kita ambil jadi naik. Inilah yang membuat kami pusing, tambah lagi daya beli masyarakat tidak lagi seperti dulu," kata Ibu Purba kepada Tribun, Selasa (24/10/2023).

Untuk jenis sayur yang cepat layu seringkali tidak habis, bahkan sudah dibawa ke pasar kaget pun dikatakan Ibu Purba masih banyak bersisa.

"Dulu kalau tidak habis di sini, kita bawa ke pasar kaget itu biasanya habis walaupun tinggal sedikit, nanti tinggal kita obral sore atau malam dengan harga 1.000 satu ikat. Biasanya habis semua tapi sekarang bawa 500 ikat ke pasar kaget pulangnya masih banyak membawa sisanya," ujarnya.

Agar tidak terbuang begitu saja, dikatakan Ibu Purba, dirinya memberikan sisa sayur yang sudah tidak layak jual tersebut kepada para peternak babi, yang rutin mencari sisa sayur di sana.

"Terkadang sudah layu tapi masih bagus dan bisa dimakan, langsung kita masak di sini. Begitulah kehidupan kami saat ini di sini, yang penting bisa makan, dengan memasak sayur yang bersisa dan masih bagus untuk dikonsumsi. Saat ini kami juga bawa kompor dan alat masak di sini," ujarnya.

Diakui Ibu Purba, dulunya sebelum seperti kondisi saat ini bahkan di tempat tersebut seringkali macet karena banyak kendaraan yang berhenti untuk singgah membeli sayuran. Namun saat ini sudah sangat sepi kondisinya.

Pedagang lainnya, Renti mengatakan, dirinya juga merasakan pendapatan jauh berkurang dalam satu hari. Bahkan ia yang rata-rata biasa mendapatkan Rp1,5 juta dalam satu hari saat ini rata-rata Rp750.000 saja.

"Sekarang sangat jauh berkurang, tidak lagi seperti dulu kondisinya. Di sini sekarang jauh lebih sepi. Kalau dulu sangat ramai di sini yang berbelanja, namun sekarang sudah jauh berkurang, pendapatan kita pun jauh berkurang jadinya," ujar Rinti kepada Tribun.

Bahkan diceritakan Renti, ada di antara petani yang menjadi langganannya mengambil sayur mengalami gagal panen sampai dua petak ladang.

Sehingga membuat petani menjadi rugi dan ia pun semakin mahal untuk membeli sayuran dari petani.

"Jumlahnya tidak lagi banyak seperti dulu, kemudian mereka juga bersusah payah untuk menyiram manual, kalau dulu kan dibantu dengan hujan juga. Kalau sekarang hujannya jarang tapi sekali hujan bisa banjir ladang petani. Itulah yang menyebabkan petani gagal panen saat ini tumbuhnya," ujarnya.

Pedagang buah Iwin mengatakan, saat ini petani melon langganannya kawasan Panam Pekanbaru gagal panen, sehingga banyak hasil panen tersebut buahnya untuk kategori Ampera tidak manis dan berwarna putih.

"Karena kemarau terlalu lama, itulah yang menjadi penyebab petani gagal panen, akhirnya kita tampung di sini sementara. Ini rata-rata merupakan buah Ampera atau yang bukan premiumnya, rata-rata hasilnya seperti ini," tuturnya.


[Ikuti PotretRiau.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar