Kisah Dolly Salim, Pelantun Indonesia Raya Saat Kongres Pemuda II
POTRETRIAU.com - Theodora Athia Salim, atau Dolly Salim, menjadi bagian penting dalam sejarah Sumpah Pemuda.
Putri sulung Haji Agus Salim itu menyanyikan lagu Indonesia Raya saat Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928 di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta.
Selain menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda, dalam kongres itu juga dikumandangkan lagu kebangsaan untuk pertama kali melalui permainan biola penciptanya, Wage Rudolf Supratman.
Sementara, Dolly disebut-sebut sebagai orang yang pertama melantunkan syair Indonesia Raya saat kongres tersebut, 31 Oktober 1982, Dolly menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk pertama kali saat usianya 15 tahun.
Dolly bernyanyi dengan apik sehingga membuat peserta kongres terpesona dengan kemampuannya.
Dia ditunjuk untuk menyanyikan lagu kebangsaan oleh kawan-kawannya yang tergabung dalam organisasi paduan suara, Natioonal Indonesische Padvinderij.
Dolly menjadi satu-satunya anggota paduan suara yang berani tampil di depan umum.
“Bukan karena saya satu-satunya yang pintar nyanyi. Semua kita bisa menyanyi lagu Indonesia Raya. Lagu itu populer di kalangan kami. Hanya mungkin yang tidak malu-malu, saya,” kata Dolly Salim sambil tertawa saat diwawancarai pada Oktober 1982.
Dolly menuturkan, dunia remajanya menjadi luas ketika ia bergabung dengan Natioonal Indonesische Padvinderij. Ia termasuk anggota paling muda dalam organisasi tersebut.
Di organisasi tersebut Dolly mendapat bimbingan dari Kasman Singodimedjo serta Mohamad Roem.
Kendati menjadi penyanyi pertama Indonesia Raya, namun Dolly menganggap penampilannya saat itu tidak luar biasa.
Dolly pun mengaku kaget ketika diwawancarai mengenai penampilannya pada Kongres Pemuda II.
“Saya malah kaget, saudara menemui saya untuk itu,” ujarnya.
Saat diwawancarai, Dolly mengaku sudah dua tahun terakhir tidak lagi diundang dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda. Namun ia tidak mempermasalahkan.
“Tapi tak mengapa,” tutur perempuan kelahiran 1931 itu.
Dolly tidak menyangka Kongres Pemuda II pada 1928 akan menjadi peristiwa besar dalam sejarah Bangsa Indonesia.
Dolly tercatat sebagai anggota Ikatan Keluarga Pahlawan Indonesia tahun 1982 yang diketuai oleh istri dari Jenderal Achmad Yani.
Sebagai putri Agus Salim dan orang yang aktif dalam perjuangan kemerdekaan, Dolly tidak mendapatkan tunjangan apa-apa di hari tuanya.
Belajar dari sang ayah
Dolly merupakan sulung dari delapan bersaudara. Sikap ayahnya yang keras kepada Belanda menyebabkan ia dan saudara-saudaranya tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Mereka belajar membaca dan menulis dari Agus Salim secara langsung. “Ayah tidak mau melihat kami dididik secara kolonial,” kenang Dolly.
Hal itu membuat beberapa orang menganggap Dolly tertutup. Namun hal itu tidak mengurangi minatnya pada dunia luar, termasuk keputusannya bergabung dengan Natioonal Indonesische Padvinderij.
"Boleh di bilang itulah (Natioonal Indonesische Padvinderij) dunia pergaulan pertama saya di luar rumah,” ujar perempuan kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat.
Meski ia tidak pernah mengenyam bangku sekolah, namun Dolly menguasai tiga bahasa asing yakni Belanda, Jerman dan Inggris.
“Semua lagu Inggris dan Jerman kami hafal. Sehingga tidak sadar menguasainya,” katanya.
Tulis Komentar