Medsos Minim Konten Edukatif, DPRD Riau Khawatir Pengaruhi Karakter Generasi Muda Riau
PEKANBARU, POTRETRIAU.com - Perkembangan teknologi saat ini semakin cepat, terutama platform media sosial (Medsos). Sayangnya, teknologi yang semakin canggih itu tidak dibarengi dengan konten-konten yang edukatif.
Kondisi itu dikhawatirkan Anggota Komisi V DPRD Riau Ade Hartati. Ia menyebut, saat ini masih minim informasi dan konten-konten edukatif untuk dikonsumsi oleh anak-anak.
Ia menambahkan, anak-anak zaman sekarang lebih tertarik mengakses informasi dan tayangan yang sedang viral melalui smartphone. Kebanyakan mencontoh apa saja yang mereka tonton.
- BPKAD Akan Surati Mantan Pejabat yang Tak Berhak Gunakan Mobil Dinas
- HMI MPO Cabang Pekanbaru Adakan Latihan Kader 2
- Menghindari Fitnah, Kepala Bidang P4KSDKI Diskominfops Kabupaten Inhil Tunggu Audit BPK
- Kurir Shabu-Shabu seberat 1,02 Kg ditangkap Polsek Senapelan
- Sebar Info Hoaks Gempa Bumi 8,6 SR Hasil Editannya, Wanita Ini Ditangkap Polda Riau
Parahnya, jika tidak diawasi mereka tidak dapat menyaring mana yang baik dan buruk. Hal ini merupakan persoalan besar. Bahkan, anak dua tahun pun sudah melek dengan gadget, dan bisa mengakses apa saja.
"Saya dapati banyak yang mencontoh selebgram yang sedang trending, sampai cara berbicara. Berpenampilan yang tidak seharusnya pun dicontoh oleh anak-anak kita, ini sangat memprihatinkan," kata Ade Hartati, Selasa (15/11/2022).
Ia khawatir dengan dampak negatif yang akan ditimbulkan, salah satunya terhadap karakter generasi muda ke depan, terutama di Riau. Bahkan penggunaan media sosial yang tidak terkontrol menyebabkan nilai-nilai sosial mulai tergerus di tengah masyarakat.
"Nilai-nilai sosial sudah bergeser, mulai dari tata krama, saling menghormati, rasa malu, saling menghargai. Ini salah satu dampak dari tayangan-tayangan yang tidak edukatif yang mereka konsumsi," kata dia.
Belum lagi soal mudahnya anak-anak muda mengakses berita-berita yang seharusnya tidak 'dikonsumsi' oleh mereka di smartphone atau komputer yang mereka miliki.
Mengatasi itu, Ia mendesak Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Riau untuk berperan aktif mengawasi kondisi ini. Ia menilai, KPID tidak melakukan intervensi terhadap kondisi itu.
"KPID tidak melakukan intervensi apapun terhadap kondisi sekarang. Bagaimana mengawasi berita-berita yang tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak, seakan tidak ada yang berperan dalam menyaring ini," kata Ade.
Ia menyebut, solusi jangka pendek untuk mengontrol penggunaan gawai adalah melalui peran orang tua. Ade mengimbau orang tua untuk mengawasi anak-anak mereka saat bermain gawai.
"Ruang publik kita ini sudah berisi dengan media sosial yang mungkin diciptakan atau dikondisikan untuk meninabobokan kita, tayangan yang substansinya tidak berkaitan dengan aspek kehidupan, baik pendidikan, kesehatan malah marak dan mudah diakses," tambah Ade.
Tulis Komentar