Ternyata Bayi Yang Sering Diajak Berpergian Punya Otak Lebih Cerdas

ilustrasi

POTRETRIAU.com - Boleh tidak, bayi diajak bepergian? Sebenarnya tak ada aturan tertulis atau tinjauan secara medis untuk itu.

Jadi, boleh-boleh saja, kok, sesekali mengajak bayi berjalan-jalan, terutama bayi-bayi yang sudah agak besar (6 bulan ke atas).

Lagi pula, banyak manfaat yang bisa dipetik dengan mengajaknya keluar rumah, bahkan bisa dikatakan, bepergian bikin bayi lebih cerdas (Gunnell 2005).

Bayi akan menghirup udara segar yang kaya akan oksigen.

Ini tentunya baik bagi kesehatannya. Sesekali berpergian juga baik untuk menstimulasi pancaindra bayi.

Si kecil dapat mendengar berbagai suara, seperti suara burung, serta merasakan embusan angin di permukaan kulitnya yang berguna untuk mengembangkan indra pendengaran dan perabanya.

Ia juga bisa lebih mengenal banyak hal yang akan ditemui saat di jalan, sehingga kecerdasan kognitifnya ikut berkembang.

Meski bepergian bikin bayi lebih cerdas, Ibu tetap butuh persiapan khusus saat mengajak bayi bepergian. Berikut di antaranya:

1. Pilih tempat berkunjung/bepergian bersama bayi yang sesuai.

Amat tidak disarankan mengajak bayi ke rumah sakit atau mengunjungi orang sakit

Bayi juga sebaiknya tidak diajak mengunjungi tempat-tempat yang terlalu ramai dan bising, semisal mengajaknya ke mal saat weekend yang padat pengunjung.

Perlu diketahui, bayi masih peka terhadap rangsangan suara dan lampu. Ini dapat membuatnya merasa tak nyaman sehingga pada akhirnya rewel.

Kalau sudah begitu, bepergian menjadi tidak lagi fun bukan?

2. Perkirakan jarak dan waktu tempuh saat bepergian bersama bayi.

Pilih lokasi yang tidak terlalu jauh, setidaknya dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dengan berkendara.

Perjalanan yang terlalu lama tentu membuka peluang untuknya menjadi rewel. 

3. Jangan terlalu lama berkunjung/berpergian bersama bayi.

Batasi waktu berkunjung/berpergian. Kemampuan beradaptasi bayi yang masih sangat rendah membuatnya terkadang rewel ketika memasuki lingkungan baru.

Butuh waktu beberapa saat untuknya menyesuaikan diri. Orangtua hendaknya peka dengan “keterbatasan” ini.

Bersabarlah dalam menghadapinya. Berikan pelukan atau gendong agar bayi merasa nyaman dan tentram.

4. Lakukan pada waktu makan saat bepergian bersama bayi.

Waktu yang tepat untuk mengajak bayi keluar rumah adalah setelah makan, setelah mandi atau bayi selesai diganti popoknya.

Dalam keadaan kenyang dengan tubuh bersih, bayi merasa nyaman untuk bepergian sehingga ia lebih relaks.

Selain itu, perhatikan pula waktu tidur bayi. Hindari bepergian menjelang waktu tidur, karena akan membuatnya rewel. Lebih baik dilakukan setelah bayi bangun.

5. Persiapkan perlengkapan dan kebutuhan bayi.

Demi mengantisipasi kondisi lalu lintas yang tidak terduga (terutama di kota-kota besar), selalu persiapkan kebutuhan makan dan minumnya untuk di perjalanan selengkap mungkin.

Contoh, membawa penutup dada untuk menyusui, makanan pendamping ASI (MPASI).

Demikian pula dengan kebutuhan bayi seperti baju ganti, pospak, tisu basah, kaus kaki, topi, mainan kegemaran, selimut, dan lain-lain.

6. Cermati busana yang dipakai.

Bila cuaca di luar dingin, pastikan busananya dapat melindungi kepala, kaki, dan tangan bayi dengan baik. 

Pakaian tertutup dapat mencegah pengeluaran panas berlebihan dari tubuh bayi, sehingga ia tetap merasa hangat.

Bila perlu tambahkan selimut, asal awasi penggunaannya, jangan sampai malah menutup wajah bayi dan mengganggu napasnya.

Sebaliknya, dalam cuaca terik, pilihlah busana yang dapat menyerap keringat dan gunakan topi untuk melindungi kepalanya. 

7. Perhatikan suhu udara di luar.

Hindari mengajak bayi keluar dalam cuaca yang ekstrem, seperti terlalu dingin atau terlalu panas.

Untuk itu, sebelum berpergian, cermati suhu udara di luar. Suhu ideal mengajak bayi keluar adalah 24—25 derajat Celcius.

8. Cek perlengkapannya.

Sebelum berpergian, periksa kondisi kelaikan berbagai perlengkapan bayi, seperti kereta dorong, car seat, gendongan bayi, dan lain-lain.

Cobalah dulu beberapa saat sebelum berangkat, apakah semua fungsinya berjalan baik.

Pengecekan diperlukan agar perjalanan tidak terganggu oleh hal-hal sepele yang sebetulnya bisa diantisipasi.

9. Persiapkan bantuan.

Apakah Ibu akan bertamu dan memperkirakan akan mengobrol lama dengan si tuan rumah?

Alangkah baiknya bila Ibu juga mengajak seseorang yang dapat membantu menjaga dan menyiapkan berbagai keperluan si kecil, bisa pengasuh atau kerabat. 

Dengan begitu, bayi tetap nyaman karena segala kebutuhannya terpenuhi, Ibu pun memiliki waktu untuk ngobrol dengan si tuan rumah.

10. Perhatikan transportasi.

Saat berpergian dengan bayi, transportasi paling ideal tentu kendaraan pribadi. Menempatkan bayi pada car seat selama perjalanan akan membuatnya lebih nyaman karena tubuhnya lebih “bebas”.

Sementara di pangku dalam gendongan umumnya bisa membuat tubuh bayi pegal-pegal, apalagi jika dalam jangka waktu lama.

Bila Ibu hanya berpergian berdua dengan bayi, sebaiknya tidak memberikannya camilan (biskut atau finger food), karena dikhawatirkan bayi tersedak akibat goyangan kendaraan yang bergerak.

Bila harus menggunakan kendaraan umum, pilihlah yang bersih dan nyaman.

 


[Ikuti PotretRiau.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar