Lahan Pertanian Kuala Sebatu Terancam Mati, DTPHP Inhil Segera Turun Survei ke Lapangan

INHIL, POTRETRIAU.com - Ratusan Hektar lahan pertanian di desa Kuala Sebatu, kecamatan Batang Tuaka, kabupaten Indragiri Hilir tenggelam, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura Dan Peternakan Kabupaten Indragiri Hilir, H.Fajar Husein.SH.MH jadwalkan survei ke lokasi.

 

Pernyataan tersebut diungkapkannya saat media mengkonfirmasi melalui pesan WhatsApp kemarin. 

 

Fajar Husein menyebutkan pihaknya akan turun melakukan verifikasi lapangan terlebih dahulu yang berkaitan dengan tanaman pangan. 

 

 

"Kami tentunya akan melakukan verifikasi lapangan dulu, khususnya berkenaan tanaman pangan," katanya. 

 

Fajar Husein juga menambahkan, melihat permasalahan banjir yang terjadi di desa Kuala Sebatu tersebut ada kaitannya dengan dampak lingkungan, berkenaan dengan hal tersebut ia tidak memberikan tanggapan. 

 

"Kalau berkenaan dampak lingkungan yang diakibatkan perusaahan tentunya ada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain yang lebih tepat menjawab," jelasnya. 

 

Berkenaan dengan waktu turun ke lokasi, Fajar Husein belum memberikan keterangan secara pasti waktu yang tepatnya, namun pihaknya tengah melihat cuaca dalam beberapa hari ini.

 

"Lihat cuaca, Kalau besok panas bisa turun. Kalau hujan jalanan cukup licin," terangnya.

 

Sementara itu, petani desa Kuala Sebatu, Rahman saat ditemui media menyebutkan dengan respon pemerintah daerah melalui dinas yang turun langsung melihat keadaan desa Kuala Sebatu merupakan harapan dari masyarakat setempat karena sekian lama ini belum ada kejelasan bagaimana nasib petani yang tidak lagi produktif menghasilkan padi.

 

"Kami berharap seperti itu, ada andil pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan ini. Sudah beberapa tahun kami tidak bisa bercocok tanam jadi mohon betul untuk dilakukan peninjauan," harapnya.

 

Rahman menambahkan, jika Dinas ingin turun ke lokasi diharapkan langsung menuju ke titik lokasi banjir yang betul-betul terdampak yakni parit 18, sejanda dan dusun Panglima pada umumnya. 

 

"Kalau mau survei pak langsung ke parit 18 dan sejanda, di sini puncaknya banjir karena kami yang betul-betul dekat dengan perusahaan dan sungai pembuangan air itu melalui parit dan sungai alam di tempat kami," imbuhnya. (Rls*mhd)


[Ikuti PotretRiau.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar