Hari Ini Akhir Pencarian Korban Lion Air JT 610

Keluarga korban Lion Air JT 610 menabur bunga

Tenda-tenda Basarnas di Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dibongkar satu per satu. Mobil-mobil ambulans perlahan meninggalkan lokasi. Pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air PK LQP rute Jakarta-Pangkal Pinang dengan nomor penerbangan JT-610 di perairan Ujung Karawang, resmi dihentikan. .

 

Posko pencarian korban pesawat Lion Air JT 610,  JICTPembongkaran posko pencarian korban pesawat Lion Air JT 610 di JICT. (Foto:Adhim Mugni Mubaroq/kumparan)

Operasi pencarian yang dilakukan Basarnas selama 13 hari ditutup. Penemuan jasad korban kian sedikit. Kepala Basarnas Marsekal Madya M Syaugi, meminta maaf kepada keluarga korban jika proses pencarian dan evakuasi masih dirasa belum maksimal.

kecelakaan pesawat, kabasarnas menangis, lion airKabasarnas, M. Syaugi menangis saat konferensi pers evakuasi korban jatuhnya pesawat Lion Air di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11). (Foto:Fanny Kusumawardhani/kumparan)

“Kami bukan sempurna, jadi pasti ada kekurangan, jadi kami akan evaluasi kekurangan-kekurangan yang ada,” ujar Syaugi di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (10/11).

"Berdasarkan pantauan di lapangan, rapat staf dan masukan-masukan dari berbagai pihak, kemarin kita hanya menemukan satu kantong jenazah. Itu pun hanya pagi hari, setelah itu sore, malam, nihil. Hari ini kita cek ke lapangan, sampai saat ini juga nihil," jelasnya.

Pelepasan jenazah, Staf kementerian ESDM, Pesawat Lion AIr JT 610Prosesi pelepasan Jenazah Inayah Fatma Kurnia Dewi, salah satu dari tiga staf Kementerian ESDM yang menjadi korban insiden pesawat Lion Air JT-610. (Foto:Dok. Kementerian ESDM)

Pesawat berjenis Boeing 737 MAX 8 itu jatuh di Tanjung Karawang, Senin (29/10), pukul 06.33 WIB. Seharusnya, pesawat yang baru dua bulan beroperasi tersebut tiba di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang pada Senin (29/10) pukul 07.20 WIB.

Namun, setelah 13 menit take off dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pesawat mengalami lost contact. Pihak Basarnas mendeteksi badan pesawat berada di kedalaman 30-35 meter di bawah permukaan laut.

Hujan Mulai Turun di Lokasi Pencarian Lion Air JT-610.Hujan Mulai Turun di Lokasi Pencarian Lion Air JT-610. (Foto:Reki Febrian/kumparan)

Sejauh ini, 77 jenazah telah teridentifikasi dari total 189 korban. Masih ada 112 korban lainnya yang tengah dalam proses identifikasi.

Tim juga telah menemukan bagian black box pesawat, yaitu Flight Data Recorder (FDR). Alat ini dibutuhkan untuk menginvestigasi penyebab kecelakaan, lantaran FDR merekam data-data penerbangan pesawat.

Basarnas Mendiskusikan alat Ping Detector dari KNKTPenyelam Basarnas Mendiskusikan alat Ping Detector dari KNKT. (Foto:Reki Febrian/kumparan)

Sedangkan bagian black box lainnya, yakni penyimpan rekaman pembicaraan pilot di kokpit, Cockpit Voice Recorder (CVR), masih terus dicari. Kendati demikian, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan masih akan berusaha mencari bagian black box itu.

"Tim kami akan tetap mencari black box semampu kami. Kami belum tahu sampai kapan pencarian ini bisa kami lakukan, tentunya juga kami harus juga nantinya berpikir masalah biaya. Karena biaya pencarian black box ini cukup masif," ungkap Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono saat konferensi pers.

Petugas Basarnas, memperbarui data operasi pencarian, Lion AirPetugas Basarnas memperbarui data operasi pencarian korban Lion Air. (Foto:Jamal Ramadhan/kumparan)

Untuk memudahkan pencarian, Soerjanto menyebut pihaknya akan menggunakan teknologi tambahan dari Eropa, bahkan ikut dikerahkan pula kapal tambahan dari Surabaya.

"Sekarang dengan FDR saja kita sudah sekitar 70 sampai 80 persen, hal ini (penyebab) bisa kita ketahui. Namun kita perlu untuk sempurnanya 100 persen penyebab dari kecelakaan ini," ujarnya.

Laporan terakhir, penyelam sulit menemukan komponen black box tersebut, bahkan sinyal yang dipancarkan Emergency Locater Transmitter (ELT) dari CVR sempat tidak terdengar lagi di Perairan Karawang, Jawa Barat.

Serah terima jenazah, Lion AirProses serah terima jenazah korban Lion Air di RS Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (8/11). (Foto:Raga Imam/kumparan)

Versi KNKT, kecelakaan maskapai yang didirikan Rusdi Kirana itu merupakan kecelakaan terburuk kedua sepanjang sejarah penerbangan di Indonesia karena menelan banyak korban jiwa. Kecelakaan terburuh pertama terjadi pada pesawat Airbus A300-B4 Garuda Indonesia dengan penerbangan GA152 tahun 1997, yang menewaskan 222 penumpang di Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara pada 26 September 1997.

Saat itu, pesawat hendak mendarat di Bandara Polonia, namun, kabut asap tebal yang menyelimuti area penerbangan menyebabkan pesawat menabrak tebing.


[Ikuti PotretRiau.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar