Jakarta Islamic Center, dari Kawasan Prostitusi Terbesar di Asia Tenggara Menjadi Tempat Ibadah Umat
JAKARTA, POTRETRIAU.com - Bagian utara Kota Jakarta memiliki Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta atau Jakarta Islamic Centre (JIC).
Berlokasi di Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara, komplek pengembangan Islam ini dibangun di bekas lahan prostitusi terbesar se-Asia Tenggara pada era 1970-1999.
Dahulu, wilayah yang disebut Kramat Tunggak itu menjadi saksi bisu bagaimana para pekerja seks komersial (PSK) mencari pundi-pundi rupiah.
- Melihat Warisan Perang Dunia II di Museum Rumah Bundar Tarakan
- Bupati Inhil Sambut Baik Gelaran Festival Kuliner 2019
- Bupati Meranti : Perang Air Bukan Ritual Keagamaan Namun Kebiasaan Orang Selatpanjang
- Menikmati Wisata Edukasi Kelinci 'Kampoeng Rabbits' di Pekanbaru
- Festival Pacu Jalur Tradisional Kuansing, Tuah Keramat Sialang Soko Berhasil Bawa Gelar Juara 1
Lokalisasi Kramat Tunggak merupakan lokasi rehabilitasi sosial Kramat Tunggak yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin
Perkembangan lokalisasi Kramat Tunggak terbilang sangat pesat, hingga terkenal ke seluruh Asia Tenggara sebagai pusat prostitusi terbesar.
Pada 1970, awal dibukanya tempat ini berisikan 300 Wanita Tuna Susila (WTS) di bawah 76 orang germo.
Jumlahnya kian bertambah seiring berjalannya waktu.
Kemudian, di tahun 1999 menjelang ditutupnya lokasi ini, jumlah WTS mencapai 1.615 yang dibawahi 258 orang germo.
Mereka tinggal dalam 277 unit bangunan dilengkapi 3.546 kamar di dalamnya. Menandakan lokalisasi tumbuh dan berkembang dengan pesat.
Jakarta Islamic Centre saat ini menjadi suatu pusat keberagaman aktivitas umat Muslim, khususnya di DKI Jakarta.
Perubahan di kawasan terjadi ketika Sutiyoso masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2001.
"Ketika itu ada rencana merapikan kota dari Pak Gubernur Sutiyoso yang melihat bahwa lokalisasi di Kramat Tunggak, sangat membuat kota tidak kondusif," ujar Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam, Muhammad Subki saat ditemui di JIC, Rabu (21/9/2022).
Dia mengatakan kala itu Sutiyoso menginginkan perbaikan di Jakarta, termasuk di wilayah Kramat Tunggak.
Setelah mendapatkan saran dari para ulama dan tokoh masyarakat, Sutiyoso merespons dengan mengambil langkah meratakan tempat prostitusi tersebut.
"Tahun 2001 itu diadakan musyawarah dengan warga tentang rencana perbaikan tata kota tadi," imbuh Subki
Subki menuturkan, tak banyak perlawanan dari para penghuni Kramat Tunggak ketika pemerintah hendak melakukan penataan.
Selain karena para PSK dan muncikari sudah mendapat ganti rugi, keberadaan Kramat Tunggak pun memang tidak mendapatkan banyak dukungan dari warga yang tinggal di sekitarnya.
"Lokalisasi dulunya banyak, ribuan prostitusi di sini wanita-wanita PSK itu muncikarinya juga ratusan ini satu RW dengan luas 10,28 hektar. Memang waktu itu lokalisasi terbesar di Asia Tenggara," kata Subki.
Singkatnya, di tahun 2000, lebih dari 10 hektar lahan di Kramat Tunggak sudah dibebaskan.
"Pada dasarnya mungkin ada keberatan tapi kemudian Pemprov mengambil langkah yang baik melakukan dialog dengan warga sekitar, akhirnya titik temunya ketemu selama tidak ada kerugian yang bersifat material mereka siap," ucap Subki.
Pembangunan Masjid Raya Jakarta Islamic Centre, mulai berjalan di tahun 2001.
Tak lama setelahnya, Masjid Raya Jakarta Islamic Centre, bangunan utama yang menjadi pusat berkumpulnya jemaah berdiri dengan megah.
Pembangunan JIC memakan biaya hingga Rp 700 miliar, untuk mendirikan masjid, gedung sosial budaya, dan rangkaian bagunan wisma atau penginapan kantor bisnis.
Di tahun 2002, Masjid Raya Jakarta Islamic Centre dipakai untuk shalat Jumat berjamaah pertama kalinya.
Lalu, pada 4 Maret 2003 akhirnya diresmikan oleh Sutiyoso.
"Diresmikannya itu tahun 2003. Selesai tahun 2003, diresmikan oleh Pak Gubernur Sutiyoso. Dan ini monumental lah ya, dari tempat prostitusi diubah jadi tempat ibadah," kata Subki.
Pemerintah DKI Jakarta pada saat itu memfasilitasi mantan PSK yang ingin tetap tinggal di sekitar JIC.
Subki menyampaikan, mereka dibina untuk membuat produk rumahan yang bisa dijual.
"Alhamdulillah sampai sekarang program itu masih berjalan, tapi mungkin kalau sekarang proyeksinya enggak untuk PSK (lagi) ya tapi masyakarat sekitar," pungkas dia.
Menilik lebih dalam kawasan Jakarta Islamic Center, Anda dapat melihat bangunan bernuansa putih dan hijau.
Di area tengah, terdapat masjid yang megah dengan pelataran rumput memanjakan mata.
Bukan hanya untuk beribadah, Jakarta Islamic Centre hadir untuk menjadi salah satu pusat peradaban Islam di Indonesia dan Asia Tenggara yang menjadi simbol kebangkitan Islam.
Tulis Komentar